Jumat, 27 Agustus 2010

APA ARTI PENGAJARAN BAGI KITA?

Jumat, 27 Agustus 2010
1 komentar
Share

Beberapa Potret Guru dalam Satu Hakikat
Potret Pertama

Saudaraku yang mulia, tidakkah engkau melihat bahwa ada sekelompok yang bekerja di sektor pengajaran? Dia telah melecehkan profesi yang mulia ini ketika dia menjadikannya sebagai sarana untuk mengeruk keuntungan materi. Dia tidak memandang profesi ini kecuali dari sudut materi. Sesungguhnya profesi mengajar lebih tinggi dan mulia dari sekedar profesi resmi atau sumber penghidupan. Ia adalah pekerjaan mencetak generasi dan membangun umat. Memang hak setiap orang, untuk mencari kehidupan yang layak dan mendapatkan sumber terormat bagi rizkinya. Akan tetapi ini potret lain dari potret sebelumnya, di mana pemiliknya melecehkan pengajaran. Ia tidak memilih profesi ini kecuali karena materi yang mengalir. Ambisi utama dan perhitungan pentingnya adalah untuk rugi materi. Demikian pula dalam hal dorongan dan rintangan. Apakah orang yang pandangan dan ambisinya seperti ini bisa memikul amanat? Apakah orang macam begini bisa diberi amanat untuk membimbing generasi dan menuntun ana-anak muda? Ini potret pertama.
Potret Kedua
Guru yang menyalahkan zamannya, mengeluhkan nasibnya, tidak mengambil hak liburannya, maka para murid membuatnya beruban dan para orang tua melengkapi ketidakberdayaan anak-anak mereka. Guru bagi teman kita ini adalah orang yang bernasib paling buruk. Rekan-rekannya, sebagian dari mereka telaih meraih kedudukan tinggi dan yang paling buruk nasibnya adalah yang bisa meminta izin kapanpun dia mau, hadir kapanpun dia mau, berinteraksi dengan kertas-kertas bisu, bukan dengan jiwa-jiwa yang beragam. Adapun dia, maka dia hidup di anatara kebisingan anak muda, teriakan anak-anak kecil, sesudah itu dia kembali ke pangkuan buku-buku tulis.
Ini potret lain, meski berbeda dengan potret sebe;umnya, di mana ia pesimis pada saat temannya optimis. Dia melihat dengan mata kerugian ketika temannya melihat dengan mata keberuntungan. Meski begitu dia tetap tidak mengenal kemuliaan mengajar, tidak berkompeten untuk mengarahkan. Hasil pendidikan seperti apa yang bisa diharapakannya dari mereka?
Potret Ketiga
Potret ini bisa jadi mempunyai sisi-sisi persamaan dengan potret pertama dan kedua, akan tetapi pemiliknya acuh tak acuh, kehilangan ghirah. Melihat putra-putri kaum muslim berenang di air kerusakkan, terjerat jaring kemiskinan, tetapi tidak ada sedikit pun dari dirinya yang tergerak atau semangatnya yang terpicu. Ini bukan urusannya, karena urusannya hanya mengajar fa’il dan maf’ul (subyek dan obyek;pent), atau menerangkan komposisi sesuatu dan teori-teorinya atau membuka rumus-rumus. Bahkan dia bisa saja mengajar ilmu-ilmu agama dan pendidikan Islam. Meski demikian, realita para siswa tidak penting baginya sedikitpun.
Saya tidak mengerti pertimbangan apakah yang menguasainorang-orang seperti ini? Saya tidak mengetahui, mesti lebih heran dengan yang mana, realita anak-anak muda ataukah lemahnya pengajaran dan tidak aktifnya guru model ini?
Potret Keempat
Guru ini memikul beban mengajar karena terpaakasa bukan karena pilihan sukarela. Dia tidak mendapatkan pekerjaan lain selainnya, atau karena ia ingin menetap di daerahnya. Inilah satu-satunya pilihan untuknya. Kondisinya seperti kata pepatah, ‘Tidak ada rotanakarpun jadi’. Benar, termasuk haknya untuk memilih lahanpekerjaan. Akan tetapi orang seperti ini bisa jadi tidak memahami misi pengajaran dan kemuliaan pendidikan.

-------
Di sadur dari: Menjadi GURU Yang Sukses & Berpengaruh - Muhammad Abdullah Ad-Duweisy-Izzudin Karimi, Lc. Cetakan I-1426 H.
Gambar sumber: http://sambasalim.com
Baca selengkapnya INFO-125: Agustus 2010